1. Lingkungan kerja yang pragmatis. Berdasarkan pada cerita rekan, interaksi pribadi/institusi ataupun pengalaman pribadi dengan beberapa departemen, BUMN ataupun kementrian, menunjukkan bahwa para pegawainya adalah orang-orang pragmatis, atau bisa dibilang orang yang malas dengan perubahan positif baru. Orang-orang di institusi tersebut less concern mengenai isu korupsi, nepotisme, suap-menyuap dan lain sebagainya. Satu-satunya hal mereka khawatirkan adalah mengenai gaji, tunjangan, waktu kerja dan lain-lain yang berpengaruh terhadap dirinya sendiri. Mereka perduli setan dengan isu reformasi birokrasi, reformasi protokuler kepegawaian, dan lain-lain, pokoknya yang penting adalah diri mereka sendiri, perduli amat dengan negara ini.
2. Miskinnya tingkat kompetisi. Lagi-lagi berdasarkan cerita dan pengalaman pribadi, seorang pegawai negeri adalah pekerjaan paling tidak kompetitif di dunia. Tidak perduli pegawai tersebut jenius luar biasa atau bodoh (malas) keterlaluan, tetap saja mereka mendapat gaji dan hak yang sama dan serupa. Anda cerdas seperti Albert Einstein? Atau anda super kreatif seperti Leonardo Da Vinci? Tidak berpengaruh bagi anda selama anda menjadi pegawai negeri.
Tingkat kompetisi yang rendah inilah yang menyebabkan mengapa kinerja seseorang yang menjadi pegawai negeri cenderung menurun ketimbang sebelum dia menjadi PNS. Iya kan? Coba saja lihat, sebelum jadi PNS mereka mati-matian belajar membaca berbagai macam buku ilmu pengetahuan, tapi begitu menjadi PNS buku satu saja tidak bisa ditemui dirumahnya. Jadi saran pribadi saya, untuk anda yang mempunyai kelebihan entah itu kecerdasan dalam hal apapun, lebih baik jangan jadi pegawai negeri sebelum produktifitas diri anda menjadi tumpul.
3. Anti Idealis. Bagi anda orang-orang yang mempunyai idealisme tinggi, disarankan untuk tidak masuk ke dalam dunia PNS. Dunia kerja PNS adalah sebuah dunia yang super pragmatis dan realistis dan sangat memusuhi idealisme.

Ada sebuah cerita dari kawan yang kini menjadi seorang PNS. Dia menjadi menjadi PNS praktis hanya karena paksaan dari kedua orang tua yang begitu mengidamkan anaknya menjadi pegawai negeri. Setelah menjadi PNS diapun mengeluh karena ilmu pengetahuan yang didalaminya selama bertahun-tahun di universitas menjadi tidak berguna berguna samasekali. Produktifitasnya pun menurun jauh, dia merasa menjadi sangat “bodoh” dan malas setelah menjadi PNS. Keinginannya bekerja di bidang yang dia sukai masih jauh dari harapan karena egoisme orang tuanya.
Secara garis besar cerita kawan itu sama persis seperti saya atau bahkan mungkin seperti cerita anda. Yang membedakan hanyalah bagaimana masing-masing dari kita menyadarkan orang tua masing-masing bahwa pengekangan semacam itu justru menyiksa hidup anaknya. Tujuannya memang baik, yaitu membuat anaknya bahagia dengan gaji “cukup” dan kondisi kerja yang relatif aman (tingkat kompetisi rendah), namun kadang orang tua tidak memahami bahwa tiap individu, termasuk anaknya, punya jalan hidupnya masing-masing.
Bukan berarti saya seorang yang suka membangkang orang tua, namun orang tua bukanlah Tuhan. Mereka tidak Maha Tahu dan Maha Bijaksana. Satu-satunya kelebihan mereka dibanding kita adalah jumlah pengalaman hidup mereka yang jauh lebih banyak. Bahkan mungkin tingkat kecerdasan, tingkat penalaran dan kemampuan berlogika anda jauh mengungguli orang tua anda, mungkin saja kan?
Sekedar informasi tambahan mengenai pola pikir orang yang menganggap PNS adalah profesi prestisius adalah sebenarnya pola pikir kuno warisan penjajahan Belanda di masa lalu. kita ini masih mewarisi mental inlander dari jaman kolonial dulu, di mana orang dididik untuk menjadi patuh dan taat pada pemerintah sehingga bisa menjadi ambtenaar (PNS di jaman kolonial). Menjadi ambtenaar itu jabatan terhormat di masyarakat waktu itu, dan rupanya masih terbawa hingga sekarang.
Yang juga masih terbawa adalah paradigma bahwa mereka adalah bagian dari kekuasaan (penguasa), bukan pelayan rakyat atau pembayar pajak.
Sehingga, kata Romo Mangun, pernah ada penelitian tentang cita-cita pelajar di dunia. Di Amrik, jika ditanya cita-citanya, para pelajar di sana mengatakan mereka ingin menjadi pengusaha, eksekutif perusaahaan multi nasional, pengacara, dll. Di Iran, pelajarnya ingin menjadi ulama dan tokoh syiah. Di Indonesia, pelajarnya ingin menjadi PNS.
5. Tidak Pakai Otak. Siapa yang menyangkal kalau pekerjaan PNS adalah salah satu profesi yang paling sedikit menggunakan kemampuan otak? Dari semua profesi PNS, yang paling butuh kemampuan intelektual otak adalah orang-orang di di perpajakan dan Guru. Bahkan gurupun sudah mempunyai buku panduan pribadi yang sangat mempermudah dirinya dalam kegiatan mengajar. Maksud dari “tidak pakai otak” disini bukan berarti orang-orangnya adalah orang bodoh. Tapi suatu pengertian yang menjelaskan pada kondisi dimana otak manusia tidak dilatih untuk berpikir dan bekerja keras dalam lingkungan kerjanya.

6. Kekecewaan Pribadi. Dulu ketika awal-awal saya masuk kuliah, saya begitu yakin bahwa departemen dalam jurusan saya (Hubungan Internasional) yaitu Departemen Luar Negeri adalah departemen yang berbeda dengan departemen lainnya. Dalam pemikiran saya, deplu seperti sebuah kantor swasta yang pegawainya begitu sibuk dan saling bersaing satu sama lain. Namun apa yang terjadi ketika saya menjejakkan kaki di kantor tersebut… pemandangan yang saya temui tidak berbeda dengan pemandangan yang saya temui di kantor kelurahan. Pegawainya datang pukul delapan, mengobrol hingga pukul setengah 10, membuat laporan hingga pukul 12, istirahat makan siang hingga pukul 1, masuk kantor dan mulai membuat laporan lagi hingga pukul setengah tiga, chatting dan main internet hingga pukul 4 dan akhirnya pulang. Jika diakumulasikan maka total jam kerjanya hanya 5 jam itupun diselingi dengan acara ke WC, menyeruput kopi, mengobrol, bercanda dengan sesama dan lain-lain.
Ternyata tidak hanya di deplu, di departemen lainnya pun juga sama. Malahan hampir setiap hari saya sempat chatting selama beberapa jam dengan kawan yang menjadi pegawai negeri. Melihat history update facebooknya pun saya tahu bahwa dia menghabiskan waktu berjam-jam di depan facebooknya untuk bermain game. Ketika saya tanyakan apakah kondisi ini juga terjadi pada kawan-kawan di kantornya, ternyata memang hampir semua juga melakukan hal yang sama. Kondisi paling sibuk (atau pura-pura sibuk) yang dia hadapi adalah ketika ada kepala bagian yang melakukan inspeksi mendadak.
Begitulah kiranya alasan-alasan yang membuat kenapa saya tidak suka menjadi pegawai negeri sipil. Namun bagaimanapun adalah hak anda sepenuhnya untuk menjadi PNS atau tidak. Tulisan ini tidak bertujuan membuat orang menjadi seorang PNS, karena bagaimanapun sebuah Negara senantiasa membutuhkan bantuan dari para PNS.
Tujuan saya sederhana, mengkritik anda yang belum menjadi PNS agar stigma atau generalisasi negatif yang saya tulis di note ini tidak menjadi kenyataan ketika anda menjadi PNS nantinya. Jangan sampai anda yang masih kuliah dan membaca note ini akhirnya menjadi orang-orang yang saya sebut di dalam tulisan ini. Jika anda orang yang idealis, jangan sampai idealism anda luntur karena lingkungan statis anda. So, selamat menjadi PNS yang berbakti untuk Negara bagi anda yang bercita-cita menjadi PNS, jangan sampai anda menjadi PNS karena ingin berbakti untuk kebanggaan pribadi/orang tua, ego, dan isi dompet anda
1 komentar:
bro ..sorry numpang share di fb ya .. ijin , soalnya temen2 pada gila abiz pingin banget jadi PNS
Posting Komentar