Cari Blog Ini

Rabu, 03 November 2010

Bengkulu Province - The Land of Raflessia

PROVINSI BENGKULU



Ibukota:
Kota Bengkulu (Populasi 360.772 Jiwa)

Luas wilayah:
32.365,6 km2

Populasi:
1.736.059 Jiwa (kepadatan 80,71 jiwa/km2)

Sukubangsa:
Pribumi: Melayu Bengkulu, Rejang, Serawai, Pekal, Pasemah, Lembak, Enggano
Pendatang: Minangkabau, Batak, Palembang, Bugis, Lampung, Tionghoa, India



Kabupaten/Kota:
1. Kabupaten Rejang Lebong ibukota Curup
2. Kabupaten Lebong ibukota Muaraaman
3. Kabupaten Kepahiang ibukota Kepahiang
4. Kabupaten Bengkulu Utara ibukota Argamakmur
5. Kabupaten Mukomuko ibukota Mukomuko
6. Kabupaten Bengkulu Selatan ibukota Manna
7. Kabupaten Bengkulu Tengah ibukota Gunungbungkuk
8. Kabupaten Seluma ibukota Tais
9. Kabupaten Kaur ibukota Bintuhan
10. Kota Bengkulu
Sejarah Singkat Provinsi Bengkulu



Wilayah yang kini disebut Provinsi Bengkulu pada awalnya adalah wilayah dari beberapa kerajaan kecil. Beberapa kerajaan yang pernah berdiri diwilayah ini antara lain Kerajaan Sungai Serut, Kerajaan Selebar, Kerajaan Pat Petulai, Kerajaan Balai Buntar, Kerajaan Sungai Lemau, Kerajaan Sekiris, Kerajaan Gedung Agung dan Kerajaan Marau Riang yang pada hakekatnya merupakan negara-negara suku.

Tahun 1685-1824 wilayah Bengkulu termasuk dalam salah satu wilayah yang berada dalam pendudukan penjajah Inggris. Pada tahun 1685 Ralp Ord dan William Cowley memimpin ekspedisi untuk membuka kembali perusahaan pembelian lada dari Banten, yang dialihkan ke Bengkulu. Traktat itu mengizinkan Inggris untuk mendirikan benteng dan berbagai gedung. Benteng York didirikan tahun 1685 di sekitar muara Sungan Serut.

Pada tahun 1713 didirikan lagi sebuah benteng yang lebih besar, tebal, dan kuat yang selanjutnya dinamai Fort Malborough. Pembangunan Benteng ini rampung pada tahun 1719. Benteng Malborough tersebut dilengkapi dengan 71 buah meriam, untuk membuatnya benar-benar menjadi sebuah benteng yang kuat sebagai basis pertahanan. Tetapi sepanjang penjajahan, rakyat Bengkulu senantiasa mengadakan perlawanan.

Pada masa penjajahan Belanda (1824-1942) dilaksanakan cultur stelsel tanaman kopi, kerja rodi, pungutan pajak, eksploitasi tambang emas di rejang lebong, dan diadakan perbedaan klas antara pribumi, eropa dan cina. Bengkulu juga pernah dijadikan pemerintah Penjajahan Belanda sebagai tempat pengasinga Ir. Soekarno pada masa perang perjuangan merebut kemerdekaan.

Setelah proklamasi kemerdekaan 1945 seluruh wilayah kerajaan yang ada di daerah ini diubah statusnya menjadi Karesidenan dalam lingkup administratif Provinsi Sumatera Selatan, sebelum akhirnya berubah dijadikan provinsi sendiri pada tanggal 18 November 1968. Propinsi / Daerah Tingkat I Bengkulu menjadi propinsi ke-26 dari 27 Provinsi se-Indonesia saat itu.

Di Provinsi Bengkulu terdapat banyak objek wisata alam seperti Pantai Panjang, Taman Nasional Kerinci Sebelat, Hutan Lindung Liku-Sembilan yang merupakan habitat Bunga ’RafflesiaArnoldi’, Gunung Berapi ’Bukit Kaba’, Kawasan Perkebunan Teh ’Kabawetan’, Kawasan Air Terjun Sembilan Tingkat, Kawasan Carag Alam ’Danau Dendam Tak Sudah sebagai habitat plasma nuftah ’Anggrek Vanda’ dan sebagainya.

Provinsi Bengkulu juga memiliki berbagai aset wisata sejarah seperti Situs Fort York, situs Fort Malborough, Rumah kediaman Gebernur Raffles, Kawasan Kampung Cina, rumah kediaman Bung Karno pada saat pengasingan yang saat ini telah mengalami pengembangan menjadi Kawasan Persada Bung Karno, Monumen Thomas Parr, Tugu Hamilton, Komplek Makam Inggris, Situs makam pejuang Sentot Alibasyah, Situs Mesjid Jamik dan sebagainya.
Gubernur Termuda se-Indonesia


Agusrin M. Nadjamuddin - Gubernur Bengkulu

Agusrin M Najamuddin dinobatkan menjadi gubernur termuda se-Indonesia. Berdasarkan pengamatan, bahwa di Indonesia belum pernah ada gubernur berusia 36 tahun. Hal ini tentunya membuat bangga masyarakat Bengkulu. Karena Gubernur mereka telah mendapat penghargaan Piagam MURI yang langsung diberikan oleh Jaya Suprana selaku ketua umum MURI (Museum Record Indonesia).

"Sesuai dengan SK penetapan Gubernur saat dilantik tercatat 36 tahun 5 bulan, tetapi setelah diteliti tim MURI ternyata baru 34 tahun. Meskipun 36 tahun 5 bulan tetapi dia tetap saja sebagai gubernur termuda se-Indonesia," ungkap Jaya Suprana.

Adapun prosedur mendapatkan penghargaan MURI ini pihak pemerintah melalui Dinas Infokom mengajukan biodata ke MURI. Pengajuan ini langsung direspon oleh tim panitia dan kemudian pihak MURI langsung melakukan penelitian. Tiga hari kemudian MURI mengirimkan fax agar Pemda Propinsi Bengkulu mengirimkan SK Mendagri tentang pengangkatan sebagai gubernur ditambah dengan data-data lain seperti foto copi akte kelahiran dan surat-surat lainnya.

Tepat tanggal 27 Maret 2006 bertempat di Hotel Horizon Bengkulu dilaksanakan Penyerahan Piagam MURI langsung oleh ketua umumnya, Jaya Suprana.
Kantor Bupati Kaur



Reply With Quote
Fort Malborough - Kota Bengkulu



Fort Marlborough adalah sebuah bangunan benteng pertahanan yang terletak di pesisir pantai Tapak Paderi - Kota Bengkulu. Benteng ini dibangun oleh kolonial Inggris pada tahun 1914 – 1719 dibawah pimpinan Gubernur Jendral Josef Colin semasa pendudukan mereka di Wilayah Bengkulu. Benteng Marlborough adalah benteng terbesar yang pernah dibangun oleh Bangsa Inggris semasa kolonialismenya di Asia Tenggara.



Konstruksi bangunan benteng Fort Marlborough ini memang sangat kental dengan corak arsitektur Inggris Abad ke-20 yang ‘megah’ dan ‘mapan’. Bentuk keseluruhan komplek bangunan benteng yang menyerupai penampang tubuh ‘kura-kura’ sangat mengesankan kekuatan dan kemegahan. Detail-detail bangunan yang European Taste menanamkan kesan keberadaan bangsa yang besar dan berjaya pada masa itu. Dari berbagai peninggalan yang masih terdapat di dalam bangunan benteng dapat pula diketahui bahwa pada masanya bangunan ini juga berfungsi sebagai pusat berbagai kegiatan termasuk perkantoran, bahkan penjara.



Berbagai catatan sejarah pernah terjadi di Fort Marlborough ini, diantaranya tentang berbagai kejadian dalam kehidupan bangsa Inggris di Bengkulu saat itu, beberapa pesta perkawinan diantara mereka, berbagai kisah perniagaan rempah-rempah, peperangan-peperangan yang terjadi, hingga kisah gugurnya Hamilton, gugurnya Thomas Parr dan penundukan / penguasaan benteng ini selama lebih kurang enam bulan oleh perlawanan Tobo Bengkulu dengan Rajo Lelo-nya.

Dalam usia yang sudah mencapai tiga abad, nilai bangunan ini tentu lebih dari sekedar bangunan bersejarah yang berada di Bumi Bengkulu ini. Tetapi Fort Marlborough juga merupakan ‘prasasti’ yang mengisahkan tentang jalinan interaksi dua bangsa yang berbeda, yaitu bangsa Inggris dan bangsa Melayu Bengkulu’. Fort Marlborough bagaikan ‘permata sejarah’ yang menyatukan kenangan manis dari dua bangsa yang berbeda dalam sebuah untaian kalung ‘kehormatan peradaban’-nya masing-masing. Fort Marlborough adalah situs yang tiada boleh dilewatkan ketika wisatawan mengunjungi Bengkulu. (Al Aksan)
Pulau Enggano Diambil Alih Pathaway International






Lama tak terdengar khabarnya, ternyata investor yang melirik Pulau Enggano sudah berganti. Pengelolaan Enggano akan berpindah tangan dari PT. Artha Graha Network ke PT. Pathaway International, demikian diungkap Kepala Bappeda Provinsi Bengkulu Ir. Nashsyah, MM, MT.

Dituturkan Nashsyah, titik masuk pengembangan pulau enggano adalah potensi perikanan dan pelabuhan dengan menjadikan Enggano sebagai tempat persinggahan kapal yang berlayar dari Samudera Hindia ke Samudera Pasifik. Saat ini pemprov sedang melakukan komunikasi dengan pemerintah pusat untuk menjadikan Enggano sebagai Kabupaten Otoritas. Kalau nanti PT. Pathaway International berinvestasi di sini kemungkinan jangka waktunya tetap sesuai dengan aturan BKPMD yakni sekitar 95 tahun yang terdiri dari kontrak pertama 60 tahun baru diperpanjang untuk 35 tahun kemudian. Enggano memang harus kita kelola dan saat in telah disiapka anggaran untuk land clearing pembangunan bandara perintis untuk memudahkan akses.
Jalur si Molek untuk Monas
Lebong Tandai, Kabupaten Lebong


Kebanggaan Masyarakat Bengkulu

Namanya si Molek. Bukan nama seorang gadis Bengkulu, melainkan kereta mini (lori) yang menempuh rute sejauh 33,5 km. Jalur ini sangat rawan longsor, karena diapit oleh dinding tebing setinggi 25 meter dan bibir sungai yang curam.

Kengerian rute ini bisa ditebus dengan keindahan hutan yang masih asli yang dapat dinikmati sepanjang perjalanan. Rel ini menghubungkan Desa Lebong Tandai dengan Kota Kecamatan Napal Putih.

Molek merupakan kendaraan yang dibuat oleh warga setempat pada tahun 1990-an. Dengan bahan bakar solar, Molek digunakan untuk menunjang aktivitas ekonomi warga Napal Putih. Antara lain untuk mengangkut hasil bumi.

Kengerian rute ini bisa ditebus dengan keindahan hutan yang masih asli yang dapat dinikmati sepanjang perjalanan. Rel ini menghubungkan Desa Lebong Tandai dengan Kota Kecamatan Napal Putih.

Molek merupakan kendaraan yang dibuat oleh warga setempat pada tahun 1990-an. Dengan bahan bakar solar, Molek digunakan untuk menunjang aktivitas ekonomi warga Napal Putih. Antara lain untuk mengangkut hasil bumi.

Jalur lori yang dilewati si Molek sudah ada sejak zaman kolonial Belanda. Namun dulu yang lewat hanyalah loko uap. Peran loko uap dan jalur relnya ini sangat penting. Antara lain untuk mengangkut emas yang ditambang dari Lebong Tandai.

Emas dari sinilah yang pada tahun 1970-an mengalir ke Jakarta. Emas yang diangkut loko uap ini kini menancap di puncak Tugu Monas di Jakarta. Berat emas yang melapisi "api" Monas sekitar 35 kg. Dengan kilauan emas yang menggambarkan nyala api ini, Monas dikenal sebagai tugu api yang tak kunjung padam.

Loko uap itu kini telah tiada dan digantikan peran si Molek. "Dengan Molek ini kita juga bisa melihat goa-goa tambang peninggalan zaman kolonial yang menghasilkan emas," jelas staf Humas Pemkab Bengkulu Utara, M Saleh, kepada detikcom di Bengkulu Utara akhir pekan lalu.

Setelah Belanda pergi dari Indonesia, emas di Lebong Tandai masih ditambang secara tradisional oleh masyarakat setempat. Pada tahun 2006, Pemkab Bengkulu Utara mulai merencanakan pembukaan kembali industri tambang emas ini.

"Kami kerjasama dengan pihak asing. Lahan tambang yang disurvei termasuk yang berada di wilayah Kabupaten Muko-muko dan Kabupaten Lebong," kata Bupati Bengkulu Utara Imron Rosyadi.

Sumber: Kompas - Rafiqa Qurrata
Pantai Way Hawang - Kabupaten Kaur
Bumi Sehase Sehilean







Fatmawati Soekarno - Ibu Negara RI


Nilai Kesederhanaan Gadis Bengkulu

Fatmawati Soekarno lahir di Kota Bengkulu, 5 Februari 1923. Ia merupakan putri tunggal pasangan tokoh Muhammadiyah Bengkulu, Hasan Din dengan Siti Chadijah. Sosok yang lembut, ramah dan bersahaja yang membuat Presiden Soekarno jatuh hati dan mempersuntingnya pada masa pengasingan di Bengkulu. Keluarga Fatmawati merupakan keluarga Bengkulu yang religius dan sederhana berasal dari Kelurahan Anggut Kota Bengkulu



Pada usia 20 tahun, tepatnya 1 Juni 1943, ia menikah dengan Ir Soekarno, dan dikarunia lima orang, yakni Guntur, Megawati, Rachmawati, Sukmawati dan Guruh.

Beliau juga-lah yang menjahit bendera pusaka sang saka merah putih dan turut mengibarkannya pada proklamasi kemerdekaan RI 17 Agustus 1945.
Nama Fatmawati, sudah diabadikan pada nama jalan dan bandara di Bengkulu, yakni Jl. Fatmawati di Kelurahan Anggut, Kota Bengkulu tempat rumah keluarga Fatmawati berada dan Bandara Fatmawati Soekarno di Padang Kemiling, Kota Bengkulu.
Rumah Ibu Fatmawati Soekarno - Kota Bengkulu
Kelurahan Anggut, Ratu Samban - Kota Bengkulu







Kawasan Danau Tes - Kabupaten Lebong
Bumei Swarang Patang Stumang





Bengkulu Bangun Terowongan KA 4 Km Lewati Bukit Barisan
Proyek Percontohan bagi Sumbar dan Kalteng

Bengkulu (ANTARA News) - Sepanjang empat kilometer hutan Bukit Barisan (BB) akan ditembus sebuah terowongan untuk kepentingan pembangunan jalur kereta api Pelabuhan Pulau Baai Bengkulu - Muara Enim Sumatera Selatan sepanjang 308 km.

Pembangunan terowongan ini untuk menjaga keutuhan kawasan lindung tersebut dari kerusakan sehingga pengangkutan batubara dari PT Bukit Asam dan pertambangan lainnya di Sumatera Selatan menuju Bengkulu dapat terlaksana, kata Direktur Utama PT Pathaway Internasional (PI) Drs Joko Sudibyo usai acara peletakan batu pertama optimalisasi fasilitas pelabuhan Pulau Baai, Jumat.

"Kita tidak akan merusak hutan lindung makanya dan sebagaimana dalam study kelayakan kita akan membangun terowongan sepanjang empat Km melewati Bukit Barisan," katanya.

Ia mengatakan, pembangunan jalur kereta api ini sudah mendapat izin prinsip dari Menteri Perhubungan Jusman Safii Djamal. Perusahaannya akan meminjam pakai kawasan lindung tersebut dan suratnya sudah disampaikan ke Menteri Kehutanan.

"Semua prosedurnya sudah kita penuhi dan mudah-mudahan proyek ini dapat segera direalisasikan. Analisa Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal)-nya juga sudah kita buat, minggu depan akan kita ajukan ke komisi penilai," tambahnya.

Menurut Joko, dengan beroperasinya jalur kereta api yang menggunakan kereta listrik ini akan mampu mengangkut 120 ribu ton batubara per hari dari Muara Enim dan sekitarnya ke Pelabuhan Pulau Baai untuk diekspor ke negara tujuan. Setiap tahunnya sekitar 45 juta ton batubara akan mampu diangkut melalui sarana transportasi ini.

"Yang sudah pasti menggunakan jalur ini PT Bukit Asam sebanyak 20 juta ton per tahun dan daerah akan mendapatkan royalti dari sebanyak 45 juta ton batubara pertahun yang keluar dari pelabuhan ini," tambahnya.

Menteri Perhubungan Ir Jusman Safii Djamal mengatakan, pembangunan rel kereta api kerjasama Pemprov dan PT PI ini sudah mendapat izin prinsip dari pihaknya.

Proyek ini dipayungi UU nomor 23 tahun 2007 tentang perkeretaapian.
Sepanjang 150 Km dari 308 Km panjang jalur akan dibangun jalur kereta api "double track" dan 150 Km untuk "single track".

Menhub juga membenarkan rencana membangun terowongan di jalur yang melewati hutan lindung BB.

"Kalau tidak tentu kita tidak akan setujui, proyek ini juga akan menjadi percontohan Gubernur Sumbar yang berencana membangun terowongan sepanjang sembilan Km juga melewati hutan lindung untuk mengangkut batubara, demikian juga Gubernur Kalimantan Tengah," katanya.
(*)
Pantai Panjang - Kota Bengkulu



Quote:
Originally Posted by Balaputradewa View Post
BENGKULU DIPERSIAPKAN SEBAGAI BASIS PELABUHAN BARAT INDONESIA
BANGUN JALUR KA LISTRIK TERPANJANG DI ASIA TENGGARA
INVESTASI TEMBUS RP 21 TRILIUN.

KOMPAS JAKARTA, SABTU — PT Pathaway International akan membangun terminal dan jalur kereta api listrik sepanjang 300 kilometer, yang merupakan jalur terpanjang di Asia Tenggara. Jalur kereta api untuk mengangkut batu bara itu menghubungkan Pelabuhan Pulau Baai di Bengkulu dengan Kabupaten Muara Enim di Sumatera Selatan.
Pembangunan jalur kereta listrik dengan kapasitas angkut sekitar 40 juta ton batu bara per tahun itu ditargetkan selesai pada akhir 2012.

Presiden Direktur PT Pathaway International Djoko Soedibyo, Jumat (15/8) di Jakarta, menjelaskan, pembangunan jalur kereta api menuju Pelabuhan Pulau Baai itu untuk mengatasi kendala pengangkutan batu bara dari lokasi tambang.

Proyek jalur kereta api itu meliputi lintasan jalan sepanjang 279,5 km, jembatan 16,5 km, dan terowongan 4 km. ”Pembangunan ini akan membuka Bengkulu menjadi pintu alur angkutan global dan memasok kebutuhan batu bara nasional,” kata Soedibyo.

Pembangunan terminal dan jalur kereta api batu bara itu membutuhkan dana Rp 21 triliun. Pendanaan berasal dari modal (equity) perusahaan 600 juta dollar AS dan pinjaman dari perbankan asing 1,7 miliar dollar AS.

Pelabuhan Pulau Baai untuk batu bara yang dikelola PT Pathaway International menempati areal seluas 500 hektar yang disewa dari PT Pelindo II.

Jalur kereta melintasi Kota Bengkulu, Kabupaten Kepahyang, dan Rejang Lebong di Bengkulu, Kabupaten Musi Rawas, Lahat, Muara Enim, dan Empat Lawang di Sumatera Selatan, serta melintasi areal Taman Nasional Bukit Barisan.

Suplai listrik bagi kereta api dipenuhi dengan membangun PLTU Mulut Tambang di Empat Lawang yang berkapasitas 300 MW.

Menurut Port Advisor PT Pathaway International Paulus K, pihaknya berencana mengeruk sedimentasi pada jalur masuk pelabuhan serta kolam penampung kapal berukuran 2,5 x 5 kilometer. Pengerukan untuk meningkatkan kedalaman alur hingga 15,5 meter agar daya tampung terhadap kapal berkapasitas 70.000 DWT meningkat.

Pada 2010, pembangunan 50 km jalur kereta ditargetkan selesai, yakni dari Pulau Baai ke lokasi tambang batu bara milik Pathaway International di Taba Penanjung, Bengkulu. Penyelesaian jalur itu untuk mengangkut 5 juta ton batu bara per tahun.

Potensi batu bara yang dapat diangkut melalui jalur kereta itu 3-5 juta ton per tahun dari Bengkulu, 20 juta ton dari Muara Enim, dan 20 juta ton dari Empat Lawang. (lkt)
Kawasan Wisata Kemumu - Kabupaten Bengkulu Utara







Suku Enggano - Samudera Hindia
Kabupaten Bengkulu Utara



Selamat datang di Kaharuba Bengkulu. Bila Sumatera Utara memiliki Suku Nias, dan Sumatera Barat memiliki Suku Mentawai, Bengkulu memiliki juga suku Enggano yang sangat menarik dan di anggap dalam kebudayaan pulau pulau pasifik. Berada di Samudera Hindia dan secara administrasi masuk dalam wilayah Kabupaten Bengkulu Utara. Saat ini sedang dipersiapkan PT Pathaway International sebagai basis Pelabuhan Samudera Indonesia.


Penutup Kepala pria


Baju Perempuan

Kehidupan masyarakat pulau Enggano berpedoman kepada sistem nilai-nilai budaya warisan nenek moyangnya, seperti kelompok-kelompok suku bangsa, sistem perkawinan adat, sistem kepemimpinan tradisional, pola pemukiman tradisional dan sistem kemasyarakatan. Dewasa ini sistem-sistem tersebut masih terpelihara, dipertahankan dan dijadikan landasan sosial bagi kehidupan antarumat beragama.

Di pulau Enggano terdapat lima kelompok suku bangsa asli antara lain: Suku bangsa Kauno, Kaahoao, Kaarubi, Kaharuba dan Kaitora. Kekerabatan suku bangsa masyarakat pulau Enggano dipertimbangkan melalui keturunan ibu (matrilineal). Untuk membedakan penduduk suku asli dengan penduduk pendatang, suku pendatang sering disebut dengan suku bangsa Kamaik. Masing-masing kelompok suku bangsa dikepalai oleh kepala suku (eka’u). Koordinator ekap’u ditunjuk oleh Paabuki.

Kehidupan keagamaan masyarakat suku-suku bangsa Enggano, terdiri dari: Agama Islam dan agama Kristen-Protestan, yang memiliki toleransi beragama yang sangat tinggi. Kedua agama yang besar ini hidup berdampingan secara damai dengan jiwa gotong-royong dan baik. Sebagai contoh, pada tahun 1938 masjid pertama kali dibangun di desa Malakoni dengan nama masjid Jami’. Pembangunan masjid Jami’ ini dikerjakan bersama-sama secara gotong-royong oleh penduduk Enggano, baik umat Islam maupun Kristen-Protestan. Yang menjadi landasan sosial antarumat beragama adalah norma-norma hukum adat.

Sumber: Tanah Rejang
Stasiun Besar Kereta Api Pulau Baai, Kota Bengkulu


foto by Wahyu

akan menghubungkan:

Tahap 1:
Kota Bengkulu - Curup - Kotapadang (Rejang Lebong) - Lubuklinggau - Kertapati (Palembang, Sumatera Selatan)

Tahap2:
Kota Bengkulu - Mukomuko - Painan - Kota Padang (Sumatera Barat)

Tidak ada komentar:

I Am Who I Am