Cari Blog Ini

Senin, 20 Desember 2010

Puing Kapal VOC Dihargai Rp 9,5 Triliun, Ada Harta Karun-kah Didalamnya?

Seperti kita ketahui dari pelajaran sejarah waktu disekolah dahulu, penjajah kolonial Hindia Belanda mengeruk kekayaan bumi dan apa yang ada diatasnya untuk kemakmuran kerajaan mereka. Tidak hanya rempah-rempah logam mulia dan peninggalan bersejarah dari leluhur kita pun banyak yang dikuras mereka. Tidak heran bila di beberapa museum mereka bisa kita temui banyak benda-benda bersejarah dari kerajaan-kerajaan nusantara.
Salah satu kapal VOC yang dulu mengarungi samudra dari Eropah hingga Hindia Belanda
Salah satu kapal VOC yang dulu mengarungi samudra dari Eropah hingga Hindia Belanda
Baru baru ini sebuah tim peneliti arkeologi laut dari Hungaria menemukan puing-puing kapal kargo milik Belanda yang tenggelam di dekat pantai Brazil lebih dari tiga abad lalu. Kapal bernama Voetboog itu berlayar dari Batavia (nama Jakarta di masa lalu) menuju Belanda sebelum akhirnya tenggelam di Samudera Atlantik.  Kepada kantor berita Hungaria MTI, pemimpin tim ekspedisi Attila K. Szaloky menuturkan Jumat lalu (27/11) bahwa Voetboog adalah kapal layar dengan tiga tiang layar utama.
Kapal milik VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie atau perusahaan dagang Belanda yang didirikan pada 20 Maret 1602 dan memonopoli aktivitas perdagangan di Asia.  Saat meninggalkan Batavia, kapal itu membawa 109 ABK (anak buah kapal). Kapal jenis fluyt (kapal layar Belanda yang khusus dirancang untuk kargo) itu mengangkut sutra, rempah-rempah, teh, porselen Jepang dan Tiongkok maupun sekitar 180 ribu keping koin emas Belanda ketika berlayar. ”Nilai puing-puing kapal itu dihargai sekitar USD 1 miliar (sekitar Rp 9,5 triliun),” kata Szaloky.
Voetboog diperkirakan terjebak dalam badai saat melintasi Samudera Atlantik. Satu-satunya peluang untuk pulang (ke Belanda) dengan selamat adalah berlayar dengan menyusuri dekat pantai Brazil. Tapi, karena faktor penyebabnya yang belum diketahui, kapal tersebut tenggelam dekat Pantai Pernambuco, negara bagian di timur laut Brazil, pada 29 Mei 1700.
Tim Octopus Association for Marine Archaeology sebetulnya menemukan puing-puing kapal itu pada Oktober 2008. Tapi, penemuan tersebut diumumkan hanya setelah fase pertama penelitian itu tuntas. Tak dijelaskan apakah sejumlah harta karun yang dibawa kapal tersebut juga ditemukan di antara puing-puing.
"harta karun"
Hanya dikatakan bahwa arkeolog Hungaria menemukan puing Voetboog di dasar laut tertutup endapan lumpur dan pasir setebal beberapa meter. ”Jadi, lebih dari 309 tahun, kapal itu hilang tanpa bekas,” tutur Szaloky. Puing-puing Voetboog akan dinaikkan ke darat. Selanjutnya, kapal itu dirawat dan dikonservasi sesuai ketentuan undang-undang Brazil.
Berdasar informasi dari Brasilmergulho.com, saat meninggalkan Batavia pada 21 Januari 1700, kapal Voetboog dipimpin Kapten Adriaan de Ruiter. Selain membawa porselen untuk pembeli di Eropa, kapal itu mengangkut 233.251 keping florin (uang gulden Belanda yang dipakai di negara-negara Antilles di Laut Karibia). Setelah empat bulan berlayar, kapal itu tenggelam sesudah menghantam karang di perairan Pernambuco, Brazil, akibat cuaca buruk.
Voetboog merupakan satu di antara sekian banyak kapal andalan VOC. Selama 1602-1795, kapal-kapal VOC melayari laut yang menghubungkan Eropa dan Asia Timur. Saat itu VOC merupakan perusahaan dagang yang paling terorganisasi di wilayah tersebut.
Dengan memiliki 100 kapal dagang bersenjata dan sejumlah kapal lebih kecil, VOC memegang supremasi pelayaran dagang dengan Timur.
Kapal jenis fluyt milik VOC mampu mengangkut kargo lebih banyak dan melaju lebih cepat. Tetapi, awal kapal itu lebih sedikit bila dibandingkan dengan kapal lain. Kapal fluyt yang memiliki panjang 24,4 meter ini, termasuk Voetboog, dipersenjatai beberapa meriam di bagian dek atas.
Nah mungkin saja para peneliti itu sebenarnya sudah mengetahui isi dan nilai harta benda yang ada didalam kapal, apakah didalamnya ada harta karun peninggalan para leluhur kita kerajaan-kerajaan di Nusantara yang terkenal kaya raya? entahlah kita lihat saja perkembangannya.
Sumber Ref: JawaPos

Tidak ada komentar:

I Am Who I Am