Cari Blog Ini

Minggu, 14 November 2010

Masjid Polder Pun Punya Masa Depan

Dengan alunan suara terompet Poldermoskee Amsterdam atau Masjid Polder Amsterdam resmi dibuka dua tahun lalu. Namun sekarang rumah ibadah itu ditutup karena hutang sewa gedung. Atau apakah muslim di Belanda belum siap dengan Islam modern?

Masjid Polder berlokasi di sebuah gedung perkantoran tua dekat jalan tol di Amsterdam. Ini adalah mimpi sekelompok kecil pemuda muslim Belanda. Mereka tidak merasa nyaman berada di 'masjid-masjid rindu kampung halaman,' tempat orang tua mereka, generasi pertama imigran Islam, sering beribadah. Islam harus dipermuda, diperbaharui dan lebih berintegrasi dengan Belanda.
Laki-laki kecil yang menakutkan
Bersama-sama para pemuda itu membangun Poldermoskee, sebuah masjid khusus untuk anak muda dengan bahasa Belanda sebagai bahasa pengantar. Salah satu anak muda itu adalah sang pimpinan masjid Yassmine El Ksaihi. Ba'da solat Jumat dia menjelaskan betapa pentingnya pembaharuan bahasa tersebut.
"Karena bahasa Belanda menjadi bahasa pengantar di Poldermoskee, para non-muslim pun menjadi tertarik dengan masjid ini. Imam masjid pun bukan seorang laki-laki kecil berjanggut mengenakan jubah panjang dan berwajah menakutkan. Sekarang mereka lebih mengerti apa yang dikhotbahkan dan situasi seperti ini amat mendamaikan. Lagipula di sisi lain pemuda muslim yang lahir dan dibesarkan di sini memang menggunakan bahasa Belanda sebagai bahasa utama mereka."
Bersujud
Di dalam masjid bahasa asing tidak digunakan, laki-laki dan perempuan bisa beribadah bersama, tidak ada sumbangan dari Timur Tengah dan juga ada debat mengenai homoseksualitas dan hak-hak perempuan. Orang Belanda asli senang mengetahui tradisi Islam yang khas Belanda ini. Logo Masjid Polder sendiri adalah gabungan minaret dan tulip Belanda. Berbagai delegasi dari seluruh dunia datang ke sana dan koran-koran pun sering membahas masjid ini.
Namun 'muslim-polder', julukan para pemuda Masjid Polder, mendapat sindiran dari komunitas muslim yang sudah ada. Masjid mereka hanyalah sebuah aksi kepopuleran dan terlalu bersujud kepada Belanda yang tidak islami.
Resminya masjid ini ditutup karena kekurangan dana, tapi apakah kritik semacam itu juga memiliki peran? Itu tidak menutup kemungkinan, ujar pakar islam Nico Landman:
14.000 mualaf
"Saya tidak mendapat kesan mereka benar-benar berbeda dari apa yang sudah ada. Berkhotbah dalam bahasa Belanda dan berdebat tentang hak-hak sosial juga sudah terjadi di masjid-masjid lain. Menurut saya Masjid Polder adalah sebuah inisiatif yang cukup antusias dari sejumlah pemuda yang tidak memiliki banyak uang tapi menyewa tempat yang terlalu mahal. Ditambah lagi mereka juga tidak ingin mendapatkan sumbangan dari pihak asing. Ini membuat situasi keuangan mereka semakin sulit untuk tetap eksis dalam waktu yang lama."
Nurdin Steenvoorde, seorang mualaf Belanda, meninggalkan ruangan solat. Dia mengenakan jellaba (jubah panjang), peci dan memiliki janggut. Steenvoorde adalah salah satu dari 14 ribu umat kristen Belanda yang pindah ke agama islam. Dia mengatakan kunjungan ke masjid itu punya arti yang beda bagi pemuda muslim dibandingkan bagi orang tua mereka.
Sewa tempat
"Sebagai anak muda kita sering lupa, kebanyakan masjid di Belanda didirikan oleh imigran generasi pertama dan mereka menitikberatkan apa yang mereka miliki dan ingin menyimpan apa yang mereka punya. Dan apa yang Anda temukan di kalangan anak muda, dan saya termasuk didalamnya, adalah Anda belum tahu banyak hal. Kami tidak punya keteguhan yang dimiliki generasi pertama. Keuntungannya adalah kami bisa masuk ke mana saja, kerugiannya adalah kami sebenarnya tidak punya keterkaitan di manapun. Mungkin sebaiknya Anda harus mengatakan: kami menyewa tempat ibadah beberapa kali seminggu untuk beberapa jam dalam sebuah bangunan kecil."
Pemuda muslim seperti Yassmine dan Nurdin punya masa depan, ujar Tijl Sunier, guru besar islam di Eropa. mereka mencoba membangun islam versi mereka sendiri:
Idul Adha
"Konsep Masjid Polder menarik banyak pihak dan mereka sebenarnya punya cukup pendukung. Menurut saya ide dibalik adanya Masjid Polder adalah sebuah masjid yang diurus oleh muslim yang dilahirkan di belanda. Ini adalah masa depan semua masjid di sini. Kenyataan bahwa Masjid Polder harus tutup karena kekurangan dana tidak menunjukkan bahwa tujuan awal mereka tidak tercapai. Mengurangi keterkaitan dengan bangunan dengan minaret-minaret indah dan lebih mengedepankan bentuk organisasi dan keuangan yang dikelola dengan baik."
Setelah Idul Adha Masjid Polder menutup pintunya. Namun pimpinan masjid, Yassmine El Ksaihi, berharap bisa memulai kembali dan mengatakan telah mendapatkan banyak reaksi antusias. Dengan demikian, ditutupnya bangunan Masjid Polder bukan berarti akhir dari segalanya, tapi justru sebuah cobaan atas kelahiran generasi islam yang baru di Belanda.

Tidak ada komentar:

I Am Who I Am