Cari Blog Ini

Minggu, 31 Oktober 2010

Dr. AAFIA SIDDIQUI N



Aafia Siddiqui berasal dari keluarga Pakistan di mana ia merupakan satu dari tiga anak Mohammad Siddiqui, dokter yang terlatih di Inggris. Dan kedua adiknya semua profesional berpendidikan yang berada di Amerika Serikat maupun di Pakistan. Pemerintah AS menuduh bahwa Aafia Siddiqui, seorang ibu Pakistan tiga dengan gelar biologi dari Massachusetts Institute of Technology dan gelar doktor dalam ilmu saraf perilaku dari Brandeis University, di dekat Boston adalah peringkat tertinggi dikenal perempuan al Qaeda operasi. Dia saat ini menikah dengan keponakan dari Khalid Sheikh Mohammed, orang yang mengklaim telah mengorganisir serangan teror September 11 tahun 2001. Dia tidak biasa Anda muslim ibu, status nya telah menggosok-nya siku dengan eselon atas kepemimpinan al Qaeda. Meskipun keyakinan sebelumnya bahwa anggota al Qaeda perempuan tidak dipandang sebagai berharga, dia telah digambarkan sebagai orang penting oleh FBI sebagai akibat dugaan keterlibatan di banyak aspek dalam sambungan al Qaeda Amerika. Namun pengacaranya mengatakan bahwa pemerintah tidak memiliki kasus terhadap “Wanita al Qaeda”.
Foto Aafia Siddiqui


Oleh Abdul-Kareem
Pada bulan Maret 2009,  dua orang wanita jurnalis AS, Euna Lee dan Laura Ling ditangkap oleh penjaga perbatasan Korea Utara ketika sedang membuat laporan untuk Current TV yang berbasis di California. Mereka kemudian diadili dan dihukum 12 tahun penjara karena “tindakan bermusuhan” dan masuk secara ilegal ke Korea Utara. Setelah mereka dipenjara, Amerika dengan tak kenal lelah bekerja untuk membebaskan para wanita itu dan pada bulan Agustus 2009 mantan Presiden AS Bill Clinton berbicara dengan Presiden Korea Utara Kim Jong Il mengenai masalah itu. Pertemuan itu membuahkan hasil dan kedua wanita itu kemudian dibebaskan.
Pada bulan Maret 2003, seorang wanita juga ditangkap dan dipenjarakan. Namanya Aafia Siddiqui. Seperti halnya wartawan AS itu, ia juga seorang wanita yang belajar dan bekerja di Amerika dan ketiga anaknya memiliki kewarganegaraan Amerika. Tapi berbeda dengan para jurnalis Amerika Serikat tadi yang ditangkap enam tahun kemudian,  ia adalah seorang Muslim dan ia tidak mempunyai pemimpin yang mau mengurusi permasalahannya.
Inilah kisahnya…
Dr. Aafia Siddiqui lahir di Karachi, Pakistan, tanggal 2 Maret 1972. Dia adalah salah seorang  dari tiga anak Mohammad Siddiqui, seorang dokter yang mendapat pelatihan di Inggris, dan Ismet. Dia adalah ibu dari tiga orang anak dan juga seorang penghapal (hafiz) Quran. Aafia dan ketiga anaknya itu ditangkap oleh agen intelijen Pakistan pada bulan Maret 2003 dan diserahkan kepada orang-orang Amerika di Afghanistan di mana dia dipenjarakan di Bagram dan dia berulang kali diperkosa, disiksa dan dilecehkan selama bertahun-tahun. Sebuah laporan yang ditulis dalam bahasa Urdu di media Pakistan pada waktu itu mengatakan bahwa Aafia dan ketiga anaknya terlihat sedang ditangkap oleh pihak berwenang Pakistan dan dibawa ke tahanan.
Moazzam Begg, dan beberapa mantan tawanan dari Amerika melaporkan bahwa seorang tahanan perempuan,  bernama “tawanan 650″, ditangkap di Pangkalan Udara Bagram di Afghanistan. Yvonne Ridley dari Cageprisoners.com menulis tentang “tawanan 650″  itu (Aafia), penyiksaan dan pemerkosaan terhadapnya yang dilakukan berulang-ulang selama lebih dari empat tahun.
“Jeritan yang tidak berdaya wanita (ini ) yang dilakukan dengan siksaan itu bergema  di penjara itu sehingga memaksa tahanan-tahanan lain terus melakukan mogok makan.” Yvonne menyebutnya  sebagai “perempuan beruban (karena) dia  nyaris seperti hantu, seperti momok yang menangis dan terus berteriak yang menghantui orang-orang yang mendengarnya. Hal ini tidak akan pernah terjadi pada seorang wanita Barat.”

Baik pemerintah Pakistan maupun para pejabat AS di Washington menyangkal mengetahui tentang  pemenjaraan Aafia sampai keberadaanya terungkap keluar dan mulai mendapat perhatian media. Tuduhan-tuduhan yang dibuat-buat kemudian diajukan terhadap dirinya bahwa ia terlibat dalam terorisme dan klaim yang menggelikan bahwa dia berhasil merebut senjata dari tentara AS dan menembaki perwira AS.
Pada tanggal 7 Agustus 2008 sebuah artikel di The News mengungkap beberapa perawatan yang didapatkan Aafia ketika dikenai tahanan sementara di Amerika.
  • salah satu ginjalnya diambil
  • giginya diambil
  • hidungnya patah, dan dipasang kembali dengan posisi tidak semestinya
  • Luka tembak yang baru didapatkannya ditutup dengan tidak layak, dengan darah yang mengalir, sehingga meninggalkan pakaiannya basah bersimbah dengan darah.
Pada tanggal 4 Agustus 2008, para jaksa federal di Amerika Serikat menegaskan bahwa Aafia Siddiqui telah diekstradisi ke AS dari Afghanistan di mana mereka mengatakan bahwa dia telah ditahan sejak pertengahan Juli 2008. Pemerintah AS menyatakan bahwa dia ditangkap oleh pasukan Afghan di luar kompleks gubernur Ghazni dengan membawa manual bahan peledak dan zat berbahaya yang dimasukkan dalam stoples tertutup. Mereka lebih lanjut menyatakan bahwa selama dia berada di tahanan dia menembaki  para perwira AS (padahal tidak ada yang terluka) sementara dirinya lah yang terluka selama proses penahanan itu.
Pada tanggal 11 bulan Agustus, 2008,  sebuah laporan dari Reuters menyebutkan bahwa ia muncul di sidang dengan kursi roda, dan bahwa para pengacara meminta hakim untuk memastikan bahwa ia menerima perawatan medis. Elizabeth Fink, salah seorang pengacaranya , mengatakan kepada Hakim:
“Dia telah ada di sini, pak hakim, selama satu minggu dan dia belum mendapatkan perawatan seorang dokter, meskipun mereka (pemerintah AS) tahu dia telah ditembak.”
Pengacara Aafia, Elizabeth Fink, itu mengatakan kepada seorang hakim federal di New York bahwa Aafia menunjukkan tanda-tanda bahwa ia telah dipenjara dan diperlakukan dengan tidak manusiawi selama jangka waktu yang panjang. Menurut dokumen-dokumen  yang diungkap di pengadilan oleh Fink, Aafia mengatakan kepada staf penjara bahwa ia takut anaknya kelaparan dan disiksa, dan meminta mereka untuk mengambil jatah makanan dari nampannya dan kirimkan kepada anaknya di Afghanistan.
Pengacara lainnya, Elaine Whitfield Sharp, mengatakan, “Kami tidak tahu ia ada di Bagram untuk waktu yang lama. Itu adalah waktu yang lama. Menurut klien saya dia ada di sana selama bertahun-tahun dan ia ditahan di tempat tahanan Amerika; perlakuan terhadapnya mengerikan.
Aafia masih berada dalam fasilitas penahanan AS di New York, kesehatannya yang  buruk, adalah karena tindakan penggeledahan yang merendahkan dan memalukan terlihat setiap kali ia menerima kunjungan atau muncul di pengadilan. Dia kemudian menolak bertemu dengan pengacara. Telah dilaporkan bahwa dia mungkin menderita kerusakan otak dan bahwa sebagian ususnya mungkin telah dipotong. Pengacaranya mengatakan bahwa gejala-gejala yang ditunjukkannya mirip dengan penderita Penyakit Tekanan Mental Pasca Trauma (‘Post Traumatic Stress Disorder’).
Persidangan Aafia Siddiqui akan mulai minggu ini.
Karena ketiadaan Khilafah, dia bersama dengan setiap muslim lainnya di dunia  pada hakekatnya tanpa kewarganegaraan dan sebagaimana adanya berita kenabian yang dibawa oleh Rasulullah صلى الله عليه وسلم  bahwa kita seperti buih dan sampah yang dibawa turun oleh air yang deras.
“Orang-orang akan segera memanggil satu sama lain untuk menyerang kamu  ketika mereka sedang makan dan mengundang yang lainnya untuk berbagi makanan.” Seseorang bertanya, “Apakah hal itu karena jumlah kami kecil pada waktu itu?” Beliau صلى الله عليه وسلم menjawab, “Tidak, pada waktu itu kamu banyak  tetapi kamu akan seperti buih dan buih itu dibawa turun dengan  air yang deras , dan Allah akan mengambil rasa takut kamu dari hati  musuh kamu dan mencampakkan al-wahn ke dalam hatimu. ” Seseorang bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah al-wahn itu ?”  Beliau صلى الله عليه وسلم menjawab, “Cinta dunia dan takut mati.” [HR Abu Dawud dan Ahmad]

Wahn lah yang menyebabkan pihak berwenang Pakistan untuk menculik dan menyerahkan perempuan Muslim itu kepada Amerika meskipun Rasulullah صلى الله عليه وسلم berkata, “Seorang muslim adalah saudara bagi muslim lain, sehingga ia tidak boleh menindas yang lain, juga tidak boleh menyerahkannya ke tangan seorang penindas. [Bukhari]
Wahn lah yang mencegah setiap penguasa di dunia Muslim untuk mengangkat telunjuknya untuk membantu melindungi kehormatan seorang perempuan dan membebaskan bukan hanya Aafia tetapi ribuan kaum Muslim yang dipenjara di Guantanamo, Bagram, dan pusat-pusat penahanan rahasia CIA meskipun Rasulullah صلى الله عليه وسلم berkata: “Sesungguhnya adalah wajib atas umat Islam untuk membebaskan tawanan mereka atau untuk membayar tebusan.”

Wahn lah yang menyebabkan para penguasa di dunia Muslim untuk memenjarakan, menyiksa dan menganiaya ratusan ribu Muslim yang tulus di ruang bawah tanah mereka meskipun Hakim bin Hisyam berkata; “Aku bersaksi bahwa aku mendengar Rasulullah صلى الله عليه وسلم berkata;” Allah akan menghukum orang-orang yang menghukum orang-orang di Dunia. ‘ “[Muslim]
Kita harus ingat bahwa kita tidak selalu tanpa kewarganegaraan. Ketika Negara Islam ada di masa lalu, kehormatan perempuan muslim dilindungi dan tahanan Muslim dibebaskan.
Pada zaman Nabi صلى الله عليه وسلم  seorang tukang emas Yahudi Bani Qainuqa menganiaya kehormatan seorang perempuan Muslim dengan mengikat pinggir bajunya sehingga menyebabkan tubuhnya tersingkap. Saat itu, seorang pria Muslim kebetulan berada di sana dan membunuh orang Yahudi itu. Kemudian orang-orang Yahudi membalas dengan membunuh orang muslim itu. Keluarga pria itu memanggil kaum Muslim untuk membantu dan Nabi صلى الله عليه وسلم mengirimkan pasukan melawan mereka dan setelah 15 hari pengepungan seluruh suku Bani Qainuqa diusir dari Madinah.
Imam bin Atsir mencatat dalam kitab ‘Kamil’ kisah terkenal seorang wanita Muslim yang ditangkap oleh orang-orang Roma dan ditahan di tempat yang bernama ‘Amuriyyah. Tidak puas dengan hanya menangkapnya, mereka mencoba merampas kehormatannya juga. Karena ketakutan dan sendirian dia kemudian memanggil nama Khalifah, “[Ya Mu'tasim] Billah.” Seorang pria menyaksikan kejadian ini dan bergegas kepada Khalifah memberitahukan kepadanya tentang apa yang telah terjadi. Ketika ia mendengar penderitaan wanita ini ia menjawab dengan berani, “Labbaik [Saya di sini mendengar panggilan Anda].” Dia menyiapkan sebuah pasukan besar dan berangkat untuk berperang dan untuk menyelamatkan perempuan itu. Pasukan Mu’tasim kemudian menaklukkan musuh dan memasuki ‘Amuriyyah. Setelah menghancurkan benteng musuh, mereka datang kepada perempuan itu dan membebaskannya.
Khalifah Umar bin Abdul-Aziz mengirim surat kepada para tahanan perang Muslim di Konstantinopel. Dia mengatakan kepada mereka:
“Kamu menganggap dirimu sebagai tahanan perang. Padahal kamu bukan tahanan perang. Kamu terkunci di jalan Allah. Aku ingin kamu tahu bahwa setiap kali aku memberikan sesuatu kepada kaum Muslim, aku memberikan lebih banyak untuk keluarga kamu dan aku mengirimkan sekitar 5 dinar untuk setiap salah satu dari kamu dan seandainya bukan karena aku takut bahwa diktator Romawi akan mengambilnya dari kalian, aku akan mengirimkan lebih. Aku juga telah mengirim banyak untuk menjamin pembebasan setiap salah satu dari kalian tanpa memikirkan berapa biayanya. Jadi bersukacitalah! Assalamu Alaikum. “
Wahai Amerika dan sekutu-sekutunya!
Hari ini anda membunuh orang-orang kami, perempuan dan anak-anak kami, menyiksa dan memenjarakan kami dan mencuri sumber daya kami. Tapi Anda harus menyadari hal ini hanyalah sementara. Kebangkitan Islam adalah berjalan dengan cepat dan wahn perlahan-lahan pudar dengan adanya interaksi pemikiran Islam yang kuat. Anda tahu ini dan itulah sebabnya Anda memulai perang melawan teror dan mengapa Anda menghabiskan miliaran dolar untuk menduduki tanah kami.
Ketika pertolongan Allah SWT tiba dan negeri-negeri Muslim bersatu di bawah satu Khalifah, bukan lagi ilusi bahwa Khilafah akan memanfaatkan semua pusat politik, ekonomi dan militer untuk membebaskan tahanan muslim dan melindungi kehormatan para perempuan kami. (khilafah.com, 17/1/2010)

Tidak ada komentar:

I Am Who I Am