Cari Blog Ini

Senin, 29 November 2010

Anti "Orang Lain" Meningkat, Muslim Perjuangkan UU Pelecehan

CLIFTON, New Jersey (Berita SuaraMedia) – Siapa yang pantas dilecehkan? Terlupakan dalam siklus kejadian dewasan ini adalah sebuah epidemik yang mencemaskan dari serangkaian pelecahan sekolah yang ditujukan pada siswa Arab-Amerika, Muslim Amerika dan para siswa Asia. Mereka telah selalu harus menderita semacam kekerasan verbal seperti: "Anda teroris", "Orang-orang tidak bisa mendapatkan pekerjaan karenamu", "Anda meledakkan gedung-gedung", "Anda Muslim, seharusnya Anda kembali ke negara asal." Di Amerika dalam masa sesudah 11 September, ini semacam pelecehan antara satu siswa dengan siswa lain, yang melecehkan siswa Arab-Amerika, Muslim Amerika dan pemuda Asia Selatan, mengalami pelecehan di sekolah umum distrik. Sering kali, kekerasan tersebut meningkat dari pemanggilan nama sampai ancaman fisik dan kekerasan, seperti kasus seorang Muslim Arab-Amerika kelas delapan.
Anak muda tersebut melakukan operasi pada awal tahun ini untuk memasukkan pin dan sebuah pelat untuk memperbaiki rahangnya, patah di dua tempat setelah sebuah serangan oleh seorang teman sekolah yang telah mensubjekkannya pada pelecehan ras dan keagamaan.
Dalam contoh lainnya, seorang siswa Muslim Arab-Amerika menjadi subjek kekerasan siswa lawan siswa yang berpuncak dalam sebuah ancaman bom palsu yang dibuat di bawah nama siswa tersebut.
Dan kemudian ada sebuah kasus Kristian, seorang remaja Muslim yang menderita sembilan bulan kekerasan fisik dan emosional, termasuk ditendang kepalanya dan ditinju pangkal pahanya dengan begitu kerasnya kemudian ia melihat adanya darah pada urinnya. Kelas-kelasnya terabaikan, kepribadiannya berubah dan ia menarik diri dari teman-teman dan keluarganya.
Menurut Komite Anti-Diskriminasi Amerika-Arab (Anti-Discrimination Committee – ADC), sebuah organisasi hak-hak sipil nasional dengan cabang lokal di seluruh AS, para siswa Arab-Amerika terus menghadapi masalah besar dengan diskriminasi dan kekerasan di sekolah di seluruh negara tersebut. Pada faktanya, ADC menyatakan bahwa ada diskriminasi yang berjalan terus-menerus lebih tinggi dari pada tahun yang lalu dan bahwa hal ini dengan jelas berhubungan dengan serangan 9/11, "perang terhadap terorisme" dan perang di Afghanistan dan Irak.
Dalam sebuah studi yang diselenggarakan oleh Sesame Workshop, anak-anak Arab-Amerika ditemukan menderita karena banyaknya kerisaun yang "jelas dan segera" dan sebuah "rasa malu" tentang kekerasan di AS.
Menurut sebuah studi di Universitas Negeri Wayne, 43 persen sebuah kelompok remaja Arab-Amerika ditemukan merasa tertekan.
Anak-anak muda Arab-Amerika tidak sendirian. Anak-anak yang dirasa berasal dari Timur Tengah, Asia Selatan dan atau Muslim juga dijadikan target secara tidak pandang bulu. Menurut sebuah laporan hak sipil yang dipublikasikan Dewan Hubungan Amerika-Islam (Council on American-Islamic Relation – CAIR) tahun lalu, di mana ada sebuah peningkatan 31 persen dalam kasus-kasus dalam melaporkan kasus-kasus diskriminasi di sekolah terhadap anak-anak yang dirasa adalah Muslim.
Namun, dalam percakapan kolektif kami tentang pelecehan sekolah, keadaan bingung yang parah  dari anak-anak ini telah sering diremehkan.
Dengan wacana rancangan UU anti-pelecehan di Legislator New Jersey pekan lalu – yang jika ditandangani akan menjadi dapat diperdebatkan sebagai undang-undang anti-pelecehan yang paling berat di negara tersebut – hal ini penting untuk para legislator, adminstrasi sekolah, guru dan orang tua yang masih berpikiran bahwa Arab-Amerika, Musim Amerika dan anak-anak Asia Selatan berada dalam resiko akut untuk kekerasan, intimidasi dan pelecehan (bullying).
Diantara lainnya, usulan legislasi tersebut mengharuskan para guru baru dan para administrator untuk menyelesaikan program pelatihan anti-pelecehan dan semua guru mempelajari tentang pelecehan tersebut sebagai bagian dari program pelatihan pencegahan bunuh diri.
Pelatihan tersebut menyerukan tindakan disipliner terhadap para administrator sekolah yang gagal untuk menginvestigasi sebuah kejadian pelecehan dan termasuk "kekerasan, intimidasi dan mengolok-olok" sebagai jenis-jenis hukuman penjamin kelakuan siswa atau pengeluaran dengan paksa. Pelatihan tersebut juga mengharuskan bagi para pengawas sekolah untuk menyampaikan sebuah laporan dua jail dalam satu tahun pada sebuah pertemuan terbuka dewan sekolah pada semua tindakan kekerasan, vandalisme, pelecehan, intimidasi atau pengolok-olokan yang akan digunakan untuk "membagi dalam tingkatan" sekolah-sekolah oleh komisaris pendidikan negara.
Tindakan ini seharusnya dijadikan undang-undang. Selain itu, pelatihan kecakapan kebudayaan seharusnya ditawarkan kepada para siswa, guru dan administrator sekolah untuk melindungi semua anak-anak yang sedang dalam bahaya.
Pola pemikiran yang mengstigmakan warga Arab-Amerika, Muslim Amerika dan Asia Selatan sebagai "orang lain" adalah bagian dari kefanatikan yang sama yang menyebabkan diskriminasi terhadap warga Afrika-Amerika, Amerika Latin, Yahudi, dan para penyandang cacat.
Engy Abdelkade adalah seorang pengacara dari Clifton, menjabat pada dewan eksekutig Cabang new jersey dari Komite Anti-Diskriminasi warga Amerika-Arab.

Tidak ada komentar:

I Am Who I Am